Logo Matahari Sakti

PT MATAHARI SAKTI

jumbotron image

White Feces Desease, Kenapa Takut ?

14 Juli 2023 13:20

    Pada semester ke-2 tahun 2014, adalah masa bagi pembudidaya udang Indonesia menghadapi banyak masalah. Penyebanya antara lain karena virus dan bakteri. Serangan berlanjut hingga kwartal pertama tahun 2015. Serangan penyakit tersebut bersamaan dengan semangat pembudidaya untuk mencetak kolam-kolam baru, baik di Jawa maupun luar Jawa. Kondisi tersebut dibarengi dengan menurunnya harga udang secara gradual. Penurunan disebabkan karena menumpuknya udang pada size berkisar 70-100 ekor per kg.

 

    Dilihat dari gejala atau tandatandanya, pembudidaya menghadapi penyakit white spot syndrome virus, white feces diseases dan infectious myo necrotic virus. Penyakit tersebut menyebabkan kematian udang. Bukan hanya kerugian karena udangnya mati, tetapi pertumbuhan udang yang terlambat (slow growth rate). Pada ujungnya adalah FCR jauh lebih tinggi karena serangan white feces menyebabkan gangguan pertumbuhan udang.

 

    Pertanyaannya : apakah penyakitpenyakit tersebut adalah penyakit baru? Jawabnya : Bukan! Pelaku budidaya udang windu, sudah menghadapi penyakit tersebut, bahkan penulis terlibat langsung dalam pemecahan masalah pada saat itu. Kenapa saat ini sepertinya lebih heboh? Pelaku budidaya sedang terlena dan menikmati keuntungan yang sangat bagus. Lupa bahwa saat ini terjadi lompatan produksi budidaya, naik 30% dibandingkan tahun lalu. Bahan organik yang ada di lautan kita semakin meningkat, lebih dari 50 ppm organics matter.

 

    Seperti kita ketahui, meningkatnya jumlah bahan organik di perairan adalah perairan yang disukai bakteri patogenik, dan disusul penyakit lainnya termasuk virus. Lingkungan sudah tidak mampu lagi mencuci dirinya sendiri secara natural, self purification tidak berjalan. Tidak ada lagi keseimbangan dalam perairan. Seperti yang penulis kemukakan pada edisi bulletin sebelum ini : kurangnya sedekah lingkungan! sudahkah kita melakukan perbaikan lingkungan disekitar kita?

 

    Pada situasi yang sepertinya galau budidaya udang, akan timbul para opportunis. Ahli udang dari luar negeri diundang, dicurhati persoalan perudangan. Dalam sekejap bisa menduga, lalu dipercaya sebagai solusi yang sepertinya benar. Padahal dia tidak tahu apa sesungguhnya yang terjadi. Bermunculan lagi para pedagang obat atau feed additive, dengan gaya bakul kecap bahwa obatnya mujarab untuk mengatasi penyakit. Dan bahkan mulai melakukan tidakan yang tidak masuk akal, menetapkan jam tebar dan hari baik untuk tebar benur. Hari lain tidak baik. Yang lucu adalah, ketika jam atau hari baik tiba, benihnya tidak tersedia. Tetap tebar benih, meskipun hanya tebar 10 ekor dengan PL-5, yang penting syaratnya sudah terpenuhi. Sebagian besar pelaku budidaya tidak rugi, hanya keuntungan berkurang. Semangat-45 untuk tebar udang terus berjalan. Siapa takut? itu karena pelaku budidaya Indonesia sudah memiliki pengalaman panjang. Rawe-rawe rantas malang-malang putung. Bisnis selalu ada resiko. Tidur-pun punya resiko, bisa digigit nyamuk!

 

    Jangan takut! Lalu apa yang harus dilakukan? bertobatlah dan kembali pada dasar-dasar budidaya yang benar (back to basic). Siapkan lahan dan fasilitasnya dengan memadai untuk budidaya. Lakukan pencegahan terhadap gangguan, dengan biosecurity yang baik. Gunakan benur yang specific pathogen free. Pada tebat harus disesuaikan dengan daya dukung lahan yang pas sesuai pengalaman yang lalu. Orangnya harus berubah mindset-nya. Bila perlu jangan menuruti Bos-nya yang maunya untung tanpa menyediakan fasilitas yang memadai. Jangan merasa sudah pernah kerja di udang lebih dari 20 tahun, tapi koq masih gagal !harus berani introspeksi dan mau belajar dari kegagalan sebelumnya.

 

    Tentu tidak bisa secara specifik diungkapkan disini tentang bagaimana melakukan hal-hal tersebut. Masing-masing lokasi memiliki ke-khas-an masing-masing dan mesti melihat berbagai sisi, baik sumber air, konstruksi kolam dan cuaca setempat. Setelah itu baru cari hari yang baik, he he…. Sudah saat-nya para pemangku kepentingan (stakeholder) perudangan memiliki cara pandang yang sama, bahwa bisnis perikanan harus bertahan untuk jangka panjang. Seharusnya, saat ini sudah dipersiapkan mentalnya. Keuntungan manis yang diperoleh tahun lalu, bakal menjadi sebuah cerita. Benar tidaknya kita tunggu saja. Ayo jaga budidaya tetap lestari (sustainable aquaculture).

 

Share

    PT. MATAHARI SAKTI © 2023