Logo Matahari Sakti

PT MATAHARI SAKTI

jumbotron image

Perikanan Dan Kelautan mau Dibawa Kemana?

14 Juli 2023 10:29

    Ketika memulai menulis artikel ini, sayup-sayup terdengar sebuah lagu berjudul “Mau Dibawa Kemana”. Sebuah lagu riang yang dinyanyikan kelompok band Armada. Rupanya, relevan dan bisa dijadikan headline pada tulisan ini. Perjalanan negeri ini harus memiliki arah yang jelas. Jangan sampai masyarakatnya banyak yang galau. Seiring dengan dilantiknya pasangan JOKOWI-JK sebagai pasangan presiden dan wakil presiden. Juga dipilihnya Ibu Susi Pujiastuti sebagai Menteri Kelautan & Perikanan (MenKP), sudah pasti akan ada perubahan.

 

    Rakyat menginginkan perubahan seperti yang dijanjikan pada saat mereka berkampanye. Kita harus sadar bahwa Indonesia adalah negara besar. Kabinetnya harus orang-orang yang memiliki visi dan cakap dalam mengelola negeri tercinta ini. Bukan sekedar bernapsu jadi pejabat, tetapi miskin integritas, tidak memiliki leadership yang handal, dan tidak punya kompetensi yang memenuhi syarat sebagai pejabat.

 

    Benar, seperti yang kita lihat di media masa, MenKP menjadi trending topic atas penampilan dan kebijakannya. MenKP diburu oleh awak media. Sisi positifnya atas pemberitaan MenKP, membuat perikanan lebih dikenal luas. Bahkan, anak-anak kita bisa mengenal perikanan sejak dini. Bu Susi menggebrak. Mampu memberantas illegal fishing. Para maling di laut dibuat shock. Ternyata malingnya adalah orang-orang dari negara tetangga.

 

    Masyarakat terperangah atas kecerdasan dan keberaniannya. Ini yang tidak dilakukan oleh para menteri perikanan sebelumnya. Trilyunan rupiah kabur atas persekongkolan tidak rapi. Bau menyengat ketidakberesan bisa dirasakan dengan nurani jernih. Sebagian penguasa diam seribu bahasa, mungkin sambil memetik harta yang nistapa. Ulahnya, membuat sumber daya lepas dari genggaman negara. Kini saatnya menertibkan lautan demi kewibawaan Indonesia.

 

    Terimakasih atas keberanian dan ketegaran Ibu Susi Pujiastuti. Lanjutkan! Setelah mereka terusir, what next? Apa malingnya kapok? Pekerjaaan di laut butuh komitmen kuat untuk menjalankan kebijakan untuk masa depan Indonesia. Mungkin perjalanan masih panjang dan berliku. Liku-likunya tidak bisa disampaikan disini, bisa berlembar-lembar. Tetapi jika tangkapan ikan bisa melimpah, tentu sangat bermanfaat bagi masyarakat maupun pengusaha perikanan.

 

    Mudah-mudahan harga ikannya lebih murah, dan masyarakat semakin tercukupi gizinya dari protein asal ikan. Semakin terkenalnya sektor perikanan dan kelautan, adalah momentum yang tepat bagi para pengambil kebijakan dan pelaku bisnis, untuk saling mendukung. Untuk melakukan percepatan bisnis di sektor perikanan. Saya betul-betul ingin mendengar dan mengikuti, langkah apalagi yang akan dilakukan KKP berikutnya.

 

    Sektor perikanan budidaya, sebagai tumpuan masa depan negeri ini, agak terlambat dipikirkan. Pelaku bisnis, sebagian terbiarkan untuk mencari jalan sendiri dan menghadapi ketidakpastian. Timbul kecemasan. Akan ada gebrakan apalagi? Rakyat harus mempersiapkan jurus apa lagi? Perikanan budidaya juga memiliki persoalan yang kompleks. Tidak sesederhana yang diteriakkan beberapa pihak bahwa hanya persoalan biaya produksi yang mahal. Itu bukan masalah Indonesia. Tetapi juga dihadapi oleh negara lain. Juga bukan masalah KKP, tetapi juga menyangkut strategi kementerian non perikanan.

 

    Pemerintah tidak hanya sekedar mengeluarkan regulasi secara sepihak. Perlu juga mendengar stakeholders agar risiko kebijakan paling minimal. Juga demi mencegah timbulnya kegaduhan baru yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Kementerian pendukung harus tanggap ing sasmito. Jangan egosektoral. Ingat, kedaulatan pangan harus diwujudkan. Bukan slogan semata. Jangan biarkan para pelaku bisnis semakin menghadapi ketidakpastian dan kurang dukungan. Situasi ekonomi yang sedang mendung.

 

    Sesungguhnya kita menghadapi gejala krisis ekonomi. Apa yang tidak mahal di negeri ini? Daya beli masyarakat cenderung melemah. Harga ikan tak kunjung naik. Ongkos naik becak sudah berubah. Harga beras terkaget-kaget naik turun. Sektor riil bidang perikanan budidaya harus didukung semaksimal mungkin agar mampu memiliki daya tahan terhadap krisis. Peraturan tetap harus ditegakkan. Perikanan bakal menjadi tulang punggung kedaulatan pangan. Jangan lagi berharap pangan dari hasil pertanian. Pertanian telah lama tidur terlelap, meskipun banyak perguruan tinggi pertanian, dengan seombyok doktor dan profesornya. Faktanya : kita belum swasembada beras, kalah saing dengan padagang.

 

    Hidupkan semangat Jalesveva Jayamahe. Semoga Tuhan menyadarkan pada semuanya untuk bisa saling mendukung atau bersinergi. Indonesia harus bergerak lebih cepat ditengah luapan napsu bangsa lain menguasai negeri ini, dengan halus bak lelembut. Diam bukan lagi berarti emas. Tetapi demo-demo yang terjadi bukan solusi yang baik. Hai orang kaya yang kebetulan terlibat illegal fishing, bertobatlah. Anak-cucumu juga butuh hidup layak sepertimu saat ini. Semua pihak harus mulat saliro, muhasabah, introspeksi diri. Masih banyak bisnis yang bisa dijalankan dengan benar dan halal. Keberhasilan bisnis & negara ini tergantung dari eksekutif atau pemimpin  negeri dalam menetapkan strategi dan mengelola negeri ini. Jangan seperti mengelola partai politik.

 

    Jangan lagi bertengkar sendiri. Itu melemahkan ketahanan negara, bangsa lain akan mentertawakannya. Kata beberapa ahli feng-shui, bisnis yang berbasis air bakal menghadapi banyak tantangan di 2015 ini. Tetapi, saya yakin, perikanan masih tetap kokoh. Kita terpaksa harus bekerja lebih keras dan lebih berat lagi. Lalu bagaimana nasib negeri ini? Saya berpandangan, negeri ini masih carut marut. Entah kapan bakal membaik. 

 

Share

    PT. MATAHARI SAKTI © 2023